Ada berbagai
macam aliran atau genre fotografi yang sudah saya bahas pada artikel
sebelumnya. Pada artikel tersebut hanya dijelaskan secara global saja seputar
pengertian dari masing – masing genre. Sekarang, saya akan membahas mengenai sub
dari genre fotografi yaitu food photography. Makanan difoto, untuk apa? Yah,
sekarang ini semua hal tidak lepas dari yang namanya teknologi.
Perkembangan
teknologi yang pesat merambah hampir ke semua aspek salah satunya makanan. Banyak
usaha makanan di berbagai tempat dengan menu yang ditawarkan pun beragam. Namun, bagaimana caranya agar calon pelanggan
melirik dan mampir ke restoran yang kita miliki? Iklan yang disertai foto menu
makanan atau minuman yang dijual. Itu adalah metode pemasaran yang cukup ampuh.
Namun tidak sembarangan kita mengambil foto lalu dipajang, kalo fotonya jelek
atau tidak menarik pastinya orang – orang enggan mampir ke restoran. Nah di
sinilah food fotografi memiliki peran penting. Dengan hasil olah foto
sedemikian rupa sehingga hasil foto makanan atau minuman terlihat memiliki
estetika dan membuat orang yang melihatnya ingin segera mencicipinya. Setelah
itu foto di upload di medsos seperti instagram atau website. Semakin sering
kita meng-upload foto makanan dan minuman yang kita jual, restoran kita juga
semakin banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Food photography |
Kenapa memilih food photography?
Menurut salah
satu sumber (seorang fotografer profesional) yang pernah di wawancara di media
televisi, alas an memilih aliran atau genre fotografi ini adalah karena objek
foto berupa benda mati sehingga mudah diatur semau kita tanpa perlu merasa
canggung. Dan salah satu lagi yang menjadi alas an adalah objeknya berupa
makanan atau minuman, sehingga setelah sesi foto – foto makanan dan minuman
tersebut bisa langsung di cicipi (ini mungkin alas an orang yang sukanya makan
hehe). Dengan kata lain genre ini sangat fun untuk dijalanai, kita kerja di
bayar sekaligus dapat bonus makanan dan minuman enak tentunya.
Kesulitan atau tantangan dalam Food Photography
Jenis makanan
dan minuman di Dunia sangat beragam tentunya, baik dari segi bentuk, texture
ataupun warnanya. Untuk Indonesia sendiri memiliki segudang jenis makanan
terutama makanan tradisional. Yang jadi kendala adalah warna makanan di
Indonesia cenderung berwarna gelap, tidak seperti makanan yang berasal dari
luar negeri yang memiliki warna cerah. Warna ini lah yang menjadikan makanan
Indonesia kurang menarik dilihat. Butuh imajinasi dan pencahayaan yang tepat
agar makanan ini terlihat menarik ketika di foto.
Teknik Melakukan Food Photography
Objek
Makanan atau
minuman yang akan menjadi objek jepretan harus benar- benar yang masih fresh,
sehingga terlihat segar dan menggoda perut. Letakkanlah makanan atau minuman
pada tempat yang sesuai dengan konsep yang diinginkan, umumnya diletakkan pada
meja. Satu lagi, tempat atau wadah makanan seperti mangkok dan gelas juga harus menarik sehingga mengangkat
kualitas makanan yang ada di atasnya.
Contoh hasil jepretan food photography |
Contoh minuman |
Menggoda lidah |
Manisnya pas |
Gurih |
Memiliki estetika |
Segar untuk segera diminum |
Pencahayaan
Cahaya, ini
merupakan salah satu hal penting yang sangat diperhatikan oleh seorang food
fotografer karena Food photographi bisanya dilakukan di area indoor ( di salam
ruangan). Dengan adanya pencahayaan yang teratur dengan baik, bisa membuat efek
jepretan kamera menjadi lebih menarik dan terlihat memiliki nilai seni dan juga
estetika. Sumber pencahayaan ini yang biasa di gunakan adalah lampu khusus
seperti yang ada di studio foto. Jumlah lampu yang digunakan pun beragam 1 – 3
buah. Untuk fotografer professional biasanya menggunakan 3 buah sumber
pencahayaan, namun untuk pemula disarankan menggunakan 1 atau 2 saja. Ketika
menggunakan 3 buah lampu, diperlukan imaginasi yang tinggi dan settingan yang
sesuai sehingga menghasilkan efek yang bagus. Jadi tidak bisa sembarangan
menempatkan lampu tersebut tanpa memperhitungkan komposisinya.
Kamera dan Lensa
Kamera yang
digunakan sebaiknya menggunakan kamera yang memiliki kualitas bagus, baik itu
dari segi sensor maupun lensanya apapun itu mereknya. Jenis kamera yang digunakan
adalah DSLR dan Prosumer (Nikon, Canon, Samsung, Sony atau merek lainnya).
Jangan menggunakan kamera abal – abal yang tidak bisa di setting ISO, Shutter
Speed, Aperture dan yang settingan yang lainnya apabila ingin hasil yang benar
– benar terlihat professional.
Lensa yang
digunakan tidak usah terlalu banyak, 2 atau 3 saja sudah cukup sebenarnya.
Misalnya lensa Tele (Zooming) dan lensa macro (fix). Untuk lensa tele bisa
menggunakan lensa bawaan atau kit (misalnya 18 – 55 mm). Lensa macro (fix)
inilah yang mungkin harus membawa lebih dari 1, misalnya untuk ukuran 22mm,
28mm dan 35mm, disesuaikan dengan kebutuhan saja.
0 comments